Rabu, 06 November 2013

Jatuh cinta

Aku pernah menyaksikan keindahan panorama Bromo.
Pemandangan yang mempesona, gunung yang cantik, alam yang memukau.
Apalagi yang bs lbh indah dari panorama Bromo.
Waktu pun berlalu, aku bersaksi kini tak ada yang lebih indah dibanding menghabiskan waktu bersamamu, bagiku yang begitu merindukanmu.

Jakarta, 7 November 2013.

Senyum mu

Aku mengingatmu dalam sketsa renta.
Aku mengenangmu dalam jutaan keriputmu.
Aku hangat dalam pandangan dua bola mata sayu berwarna kecoklatan itu.
Aku selalu terbuai dalam tawamu.
Aku sering melihatmu dalam potret rinduku pada setiap bayang renta, keriput dan wajah cantikmu yang termakan usia.
Nenek..
Malam tadi aku melihatmu tersenyum, saat  al fatihah yang aku kirim penuh rindu padamu.

Passion atau bukan?

Sebelum langit berubah warna menjadi lebih gelap aku memutuskan untuk melangkahkan kaki ku menuju ke kampus.
November bulan ini menjadi runutan bulan dalam siklus musim penghujan.
Biasanya kalau semakin malam langit akan semakin gelap dan semakin lembab terasa udaranya.

Butuh 1 jam untuk tiba di tempat perkuliahan ini, 2013 di tahun ini aku memutuskan melanjutkan studi ku ke jenjang selanjutnya dengan langkah tegas keluar dari perusahaan besar di Indonesia.
Hidup itu pilihan pikirku dan tak semestinya kita menginginkan banyak hal baik terjadi sekaligus dalam hidup, temanku pernah bilang untuk dapat hal maksimal haruslah dijalani satu-satu karena tak bisa kau lakukan dua hal sempurna sekaligus, aku pernah mencoba dan benar saja satu hal menjadi cacat karena memaksakan.
Intinya aku diminta untuk tidak serakah, paling tidak itulah yg aku pikirkan.

Mengambil jurusan marketing komunikasi di kampus bergengsi di jakarta membuatku harus cukup pandai-pandai mengejar materi perkuliahan baru yg belum kucicipi sebelumnya di s1 jurnalistik ku terdahulu, tapi ya memang belajar harus dari awal biar hasilnya maksimal.

Keputusan untuk lanjut kuliah didasari bahwa semakin lama aku menjalani rutinitasku sbg pegawai semakin lama aku merasa ilmuku tak bertambah.

Semua tentang itu-itu saja dan hanya begitu-begitu saja.

Bosan!

Sepintas itu yg keluar dari benak ku ketika aku berpikir terlalu memaksakan diri bekerja dgn background pendidikan yg kumiliki, ini bukan mauku.

Ya paling tidak saat ini aku mulai bisa memilih mana mauku dan mana egoku.

Di saat mungkin banyak orang sudah mantap dengan pilihan mereka atau sudah semakin berdamai dengan tuntutan hidup mereka di saat yang sama aku masih bergumul tentang apa passionku atau apa itu tuntutan kebutuhan hidup.

Ah.. tetap saja aku tak pernah mudah memahaminya, karena zona nyaman bukan ruang untuk melabarkan kenyamanan, buatku itu semacam cara membodohi diri dengan tetap nyaman dan tidak berkembang.

Sebetulnya sederhana saja jika memang kita menyukai pekerjaan itu maka dia akan menjadi teman utk belajar, berkarya dan bercerita di masa depan.

Kejarlah keinginan bukan berkompromi dengan tuntutan!

Rabu, 14 September 2011

Kembaliku pada Nya

Langit..

ya.. langit biru yang terang yang pertama saya ingat, ketika harus kembali membuka ingatan itu.

Entah darimana suara itu berasal, suara yang luar biasa telah berhasil menyibukkan setiap manusia untuk keluar dari manapun untuk berada di bawah langit biru yang cerah. Pola yang sama setiap kali bencana muncul, orang-orang hanya berkerumun di bawah langit sambil bertanya-tanya kejadian sebetulnya yang telah terjadi.

Tiba-tiba langit digulung awan hitam kelam, saat itu semua manusia hanya menatap langit menyaksikan bahwa sebuah cerita telah digulung oleh sang pencipta..

hatiku bergetar...

Sudah tiba saatnya, kenapa begitu cepat??

aku kembali menyesal belum menjadi insan sesempurna yang kubisa..




(aahhh, Mimpi ini lagi)

Saat saya merefleksikan diri

Tiba rasanya saya ingin menulis kembali, mmuntahkan segala kegundahan tentang hidup dan kehidupan..

"Gairah itu tak pernah hilang"

Saya pun akhirnya mencicipi kehidupan perempuan di belakang meja, menyadari bahwa dunia tanpa matahari memang lebih menyenangkan, namun akhirnya rasanya ada saja yang kurang, rasanya ide terpendam dalam penjara keterbatasan..

Saya ingin sekali jadi wartawan sejak dulu, dengan segala eksklusifitasnya, menyalurkan ide-ide gila untuk sekedar dikonsumsi dalam alam bawah sadar manusia.

Dan saya pun pernah menjadi seorang wartawan, saat itu yang terpikir wartawan bukan pekerjan ringan, wartawan mengorbankan hidupnya untuk harga yang tidak seberapa.

Namun ternyata harga itu tidak terakumulasikan dengan harga pengalaman dan cerita untuk anak cucu, itu yang saya lupa..

kalau kesempatan itu datang kembali, saya akan pergunakan sebaiknya.

Mengabdikan diri pada gairah untuk berpikir dan sekedar memberi..



Sam

Jumat, 15 Mei 2009

Perempuan dan Piano IV

Jakarta, 15 Mei 2009
22.00 WIB
Catatan Tentang Ibu

Aku disuapi sari makanan yang mengalir dalam dagingnya tiap waKtu seLama 9 bulan..
Terlahir dari rahimnya berlumuran darah dan terliliT ari-ari..
Keluar melalui proses persaLinan dari malam hingga fajar..
Melalui peluh dan seluruh rasa sakit yang menyiksa..
Menyusuiku langsung dari payudaranya selama berbulan-bulan.
Membersihkan kotoran yang keluar dari dubur kecilku..
itulah ibu orang yang selama ini melindungiku..
Dialah cintaku, yang mampu membuatku ketergantungan..
Dialah hawa yang kuagungkan selalu..
Dan dalam setiap ke-aku-anku ada ibu disana..
Ibu melarangku dengan segala aturannya..
Membatasi kebebasanku dengan jam malamya..

Ibu yang selalu kukagumi..
Dalam setiap kerja kerasnya mendidik dan mengasuhku..
Ibu dengan masakannya terlezat didunia..
Ibu yang menjagaku saat malam-malam aku demam..
Menurunkan suhu tubuhku dengan kasihnya..
Menangis ketika aku menangis, tertawa ketika aku tertawa...
Bahkan ibu mampu mengetahui seluruh isi hatiku..
Ibu mengajariku segalanya..
Tentang hidup dan kehidupan..

Perempuan yang tanpanya aku takkan jadi siapa-siapa..
dan tiada ibu, tiada pula aku.....

-Yasmin-

tak terasa lagi-lagi air mata selalu mengalir dari mata Yasmin yang indah ketika semua itu menyangkut Ibu.. bahkan catatan di atas tak akan mampu membahasakan cintanya pada ibu.. 

Besok hari sabtu dan giliran Yasmin libur bekerja, biasanya waktu itu dipakai Yasmin menulis cerita maupun artikel. Untuk urusan itu Yasmin terbilang penulis yang produktif, karena dalam sebulan Yasmin mampu mengumpulkan puluhan cerita.. inilah yang sangat disukai redaktur di majalahnya, karena tulisan-tulisan Yasmin dipandang sangat inspiratif terhadap perempuan.. karena itu Yasmin seperti di anak emaskan..

Sabtu ini Yasmin bangun lebih siang, ia masih enggan beraktivitas seperti biasanya..
setelah sholat shubuh, Yasmin tidur kembali.. Yasmin ingin bermalas-malasan.. entah kenapa begitu banyak kejadian yang membuat Yasmin sekarang lebih senang menyendiri, bukan sekedar melamun..
tapi menyendiri adalah waktu Yasmin memiliki dirinya penuh, bermain dengan pikirannya, dan memiliki ruang untuk jiwanya. Obat yang tak pernah Yasmin pikir dapat dibeli dari psikiater manapun. karena terbukti manjur untuk Yasmin..

Usia Yasmin menginjak 24 tahun, Usia yang sangat belia karena Yasmin sudah bekerja mapan dengan gelar pendidikan sarjana ilmu komunikasi ditangannya. mungkin untuk ukuran perempuan seusianya Yasmin tergolong beruntung, karena banyak sekali teman-teman Yasmin kini masih sibuk mencari kerja..
tapi semua yang Yasmin dapatkan juga bukan dari sekedar beruntung. 

Yasmin masih ingat betul bagaimana dulu ia sempat dipandang dari penampilan fisik yang menarik saja, bukan karena isi kepala Yasmin. Yasmin memang tidak terlalu cantik, tapi ia sangat anggun dan menarik hati.. itulah yang kemudian membuat beberapa perusahaan tertarik pada Yasmin. Yasmin di minta menjadi sekretaris di perusahaan industri besar, karena waktu itu direkturnya sangat tergiur memiliki Yasmin. Yasmin sudah menangkap maksud Direktur mata keranjang tersebut. sorot matanya seperti ingin menerkam ketika menatap Yasmin, Direktur itu menawarkan salary yang cukup besar, apalagi jika Yasmin mau menemani direktur itu keluar malam bersama. telinga Yasmin panas mendengarnya, tanpa basa-basi ditinggalkannya ruangan itu.

Matahari tepat berada di atas kepala, jam 12 sudah, adzan dzuhur memanggil Yasmin kembali memenuhi panggilan Illahi.

Usia Yasmin sudah bertambah dewasa, ia ingat ibunya berpesan untuk segera menikah.Di pikiran Yasmin memang sempat terbersit untuk menikah muda, tapi pikiran itu hilang bersama kelakuan ayah Yasmin. Yasmin menstereotipkan laki-laki dikepalanya, semua bajingan. Tak lama beberapa saat musik Bethoven memanggilnya, itu berarti tanda sebuah pesan singkat baru saja masuk..

"hallo perempuanku yang cantik, apa kabarmu?" tertera nama "cintaku" sebagai pengirimnya disana

kenapa ketika Yasmin tengah memikirkan pendamping hidup, laki-laki ini tiba-tiba menghubunginya. memang hanya ia satu-satunya laki-laki yang masih dianggap waras oleh Yasmin karena ia memang sangat baik menjaga Yasmin.. laki-laki yang telah menarik simati Yasmin tapi tetap saja ia nyeleneh, menulis sendiri nama cintaku di contact handphone Yasmin,hahaha.. memang begitulah kakak sepupunya..

"ah kamu baim, aku baik bagaimana kabarmu di mesir?", jawab Yasmin

"Tak usah kamu pedulikan kabarku, sejak terakhir ibumu meninggal kata bi Inah kau selalu murung, Yasminku tidak boleh bersedih", baim mnghibur..

"Bi Inah berdusta mungkin, aku bahagia-bahagia saja disini" Yasmin mengelak, tampak menghibur diri

"Bi inah, tak pernah berbohong Yasmin kau pun tahu itu, tahun depan aku datang dan bersiaplah ada surprise untukmu", tukas baim

"surprise apa? kamu tau baim aku benci kejutan!!" (hidup Yasmin memang penuh kejutan yang tidak menyenangkan salah satunya ialah istri muda ayahnya dan kepergian ibunya yang begitu tiba-tiba, itulah kenapa Yasmin membenci kejutan!)

"namanya juga kejutan, kalau yang ini kau pasti suka cantik! jaga dirimu baik-baik sampai aku tiba menjemputmu!! ini pesan terakhirku tak perlu lagi kau balas!" Baim mendesak

"hey tunggu dulu apa maksudmu kejutan? apa maksudmu menjemputku" sergah Yasmin buru-buru

tapi 1 jam berlalu tak ada lagi balasan dari baim, Yasmin mencoba mengubungi nomor hp kakak sepupunya di mesir tapi hpnya sudah tidak aktif lagi..
Yasmin pun terjebak dengan seluruh isi pesan itu, pikirannya penuh tanda tanya, dan akhirnya Yasmin tersenyum untuk pertama kalinya setelah ibunya meninggal..

sambil tersenyum Yasmin mengucap "Baim ini memang ada-ada saja!"

Namanya Ibrahim ialah cucu dari adik ibunya ibu Yasmin, cucu sepupulah tepatnya. ibunya Baim sangat dekat dengan ibu Yasmin. usia Baim hanya terpaku 3 tahun lebih tua dari Yasmin. Baim sangat Tampan, ayahnya berasal dari Sumatera Barat dan ibunya adalah wanita Mesir yang baik, jadi tak terbayang bagaimana rupawannya. tubuhnya tinggi, tegap dan tidak pernah membuat perempuan manapun merasa tidak istimewa bila ada didekatnya. Baim kini menjadi konsulat untuk Indonesia di Mesir mengikuti jejak ayahnya. Baim senang sekali menciumi ibunya di depan Yasmin tapi sebenarnya itulah yang membuat Yasmin simpatik padanya. Tidak ada laki-laki yang lebih mencintai ibunya dibanding Ibrahim..

jam 4 Sore sekarang, Yasmin tidak ingin kembali bertanya-tanya lagi dalam hatinya,apalagi tentang Baim yang menggodanya tadi. ia buru-buru mandi..
setiap malam minggu Yasmin memiliki kebiasaan yang tak pernah ia lewatkan di kemang.. hanya itu kebiasaan yang berhasil melupakan seluruh penatnya seketika..

Kang Asep juga diliburkan, Yasmin menyetir sendiri kendaraannya. tepat jam 7 malam cafe dibuka. cafe Piano namanya, sebuah cafe dimana Yasmin biasa bermain piano sendirian mentup minggunya.. Yasmin hampir kenal seluruh pelayan disana apalagi pemiliknya adalah teman baik ibu Yasmin. karena ibu Yasmin memang sangat piawai bermain alat musik yang lembut ini..

"ikutilah tiap tuts itu dengan menengarkan kata hatimu, maka kamu akan menemukan iramamu" itulah pesan ibu Yasmin yang selalu ia ingat.

kini giliran Yasmin yang berkesempatan memainkan iramanya, Yasmin tampak kehilangan kesadaran ketika ia menikmati tiap nada yang keluar dari kata hatinya, Yasmin bermain piano dengan ruh yang menyayat hingga simfoni itu membuat seluruh pengunjung tercengang dan memberikan standing applause untuk Yasmin.. lagu rindu untuk ibu...............

dari dalam cafe yang berkapasitas 50 orang itu duduklah seorang laki-laki yang terus saja mengamati Yasmin. laki-laki ini memang sengaja datang hanya untuk selalu melihat penampilan Yasmin. karena lampu cafe yang terlalu redup Yasmin sulit mengingat dan melihat jelas wajah laki-laki yang selalu duduk di sudut ujung cafe..

Yasmin selesai dan jam 9 adalah waktu Yasmin pulang kembali kerumah, tapi Yasmin merasa ada yang menatapnya terus dari kejauhan..
Yasmin segera saja berpamitan dengan pemilik cafe, dan menuju parkiran..
tapi semakin lama Yasmin merasa ada yang mengkutinya..

Yasmin buru-buru masuk mobil dan pulang kerumah..
tapi sepanjang perjalanan dari kaca terlihat ada sebuah mobil Land Rover hitam mengiringinya..

Yasmin tancap gas dan mobil itu juga belum hilang, malah ikut tancap gas..

Yasmin mulai berdebar, sepertinya seorang laki-laki yang sedang berada di dalam mobil tersebut karena bayangannya terlihat lebih besar dibanding perempuan..

Yasmin sengaja memutar komplek rumahnya dulu biar tak terus diikuti.....

masihkah ia ada dibelakangku? tanya Yasmin dalam hati






BERSAMBUNG LAGI.................





Perempuan dan piano III

Mentari merangkak naik dari persembunyiannya, ia tak malu-malu lagi menyinari dunia..

Yasmin harus pergi bekerja, ia sarapan dan meminum kopi susu kegemarannya..

Di sebuah majalah perempuan ternama di kotanya Yasmin terdaftar. Sebenarnya Yasmin tidaklah perlu bekerja begitu keras karena Yasmin tergolong kaum sangat amat berada, Yasmin memiliki warisan yang tak terhingga dari ibunya, ia benar-benar tidak cocok menjadi kaum proletar apalagi seorang kuli, kenyataannya..
Yasmin hanya seorang kuli tinta yang bekerja tanpa hirau pagi atau malam.. Yasmin beda, ia memang tak secantik bidadari di dongeng-dongeng, kulitnya bersih, matanya bening dengan kornea coklatnya yang khas, rambutnya coklat gelap dan agak bergelombang, wajahnya begitu meneduhkan seluruh kharisma Yasmin didapat juga sebagai warisan dari Ibunya yang memang Jelita.. tapi siapa yang pernah menyangka hati Yasmin begitu keras, apalagi jika berbicara mengenai laki-laki sepertinya makhluk mars itu sudah tak lagi memiliki tempat di hatinya. lalu untuk apa sebenarnya Yasmin bekerja?

tekad Yasmin yang begitu kuat tak pernah disangsikan siapapun, ibunya sangat tau itu.. sebagai anak tunggal yang kaya raya, semua keinginan Yasmin tak pernah dituruti begitu saja, karena ibunya selalu mengajarkan Yasmin berusaha mendapatkan segala keinginannya dengan cara yang adil tentunya tanpa merugikan siapapun.. 

Pekerjaan Yasmin adalah hidupnya, karena di situ ia bebas memberitahukan warga dunia tentang aspirasinya sebagai seorang perempuan, bahwa perempuan terlalu istimewa untuk direndahkan baik oleh dirinya sendiri apalagi oleh seorang LAKI-LAKI!!! Dan setiap perempuan sesungguhnya memiliki kekuatan yang luar biasa yang jarang sekali mereka sadari, tugas Yasmin adalah memberi cahaya baru bagi setiap perempuan yang ditindas, dilecehkan, dan direndahkan dan Yasmin berbicara lewat bahasanya.. Bahasanya sebagai seorang perempuan.. Bahasa yang kemudian hanya dimengerti oleh perempuan..

Yasmin berangkat disupiri kang Asep, karena hari itu Yasmin terlambat bangun dan harus bergegas menuju tempatnya bekerja, di perjalanan menuju kantor Yasmin teringat harinya kemarin..

Istri muda ayahnya datang kerumah Yasmin, dua minggu setelah ibu meninggal. 

"Saya minta hak saya!!!"

"Hak yang mana yang anda maksud??", jawab Yasmin dengan tak kalah ketus.

istri muda ayah Yasmin bernama Frida, Tubuhnya molek dan tampak masih belia,tapi tetap saja ia kalah cantik dengan ibu Yasmin. Yasmin bingung apa yang ayah liat dari perempuan itu? karena selain pakaian seronok dan pamer dada tak ada lagi yang menarik darinya, benarkah ayah hanya ingin melampiaskan hasrat kelaki-lakiannya??? sebenarnya Yasmin tidak terlalu membencinya, Yasmin sebisa mungkin melepas rasa bencinya kepada sesama perempuan tapi karena kejadian hari itu, Yasmin menemukan alasan kenapa juga harus membencinya!!

"Hak saya dari harta warisan ayahmu, hak mana lagi memang yang kau maksud anak dungu!!" Frida membentak.

Dengan suara datar Yasmin menjawab, maaf Frida pertama anda tak pantas menyebut saya dungu, ibukupun tak pernah memanggilku seperti itu walaupun ia pantas-pantas saja sebenarnya mengatakan itu!! yang kedua warisan itu bukan hak anda karena ayah tak meninggalkan apapun setelah kematiannya.."

"Pantaslah kau kupanggil dungu, karena mana mungkin dalam rumah semewah dan segala fasilitas jetset yang kau nikmati ini bukan milik ayahmu, jangan pura-pura bego lah kau perempuan serakah!!" Frida bicara dengan nada lebih kasar

"Frida, Frida.. tadinya sebagai seorang perempuan aku malas meladenimu tapi dengan seluruh kata-kata kasarmu kau tak bisa seenaknya saja terhadapku..
kau tau Frida, kau dibohongi Ayahku, karena seluruh harta ini adalah peninggalan ibuku" jawab Yasmin,

"Tidak, tidak mungkin kau pasti bohong perempuan serakah!! tidak mungkin semua ini milik perempuan yang TOLOL itu karena tak pernah bisa memuaskan ayahmu!!
Pantas saja kau dungu, dan bego karena kau ANAK DARI PEREMPUAN TOLOL tak berguna itu" Frida mulai seenaknya..

Yasmin Bangkit dari tempat duduknya, 

".......................Bugh.........................."

Hantaman keras tangan Yasmin mendarat sempurna di wajah penuh polesan Frida

"kuperingatkan kau, kau boleh seenaknya terhadapku, tapi jangan pernah bawa-bawa nama ibuku!! BAHKAN NAMANYA SAJA TERLALU SUCI UNTUK KAUSEBUTKAN!!!!!!!!!" Yasmin mengerang...
"Keluar dari rumahku sekarang, aku jijik melihatmu, JALANG!!!!" Yasmin mengusir perempuan itu dengan bahasa yang tidak lagi santun, itu bukan Yasmin, Yasmin betul-betul kerasukan..

Perempuan itu menangis setelah jatuh tersungkur dihantam Yasmin, ia lari pergi mejauh dari Yasmin, ia tampak sangat takut dengan Yasmin yang tak lagi seperti seorang perempuan..

"TUNGGU PEMBALASANKU!!!" hanya inilah kata-kata yang keluar dari mulut Frida sebelum ia pergi meninggalkan Yasmin..

"neng, neng... sudah sampai..!" kang Asep membangunkan Yasmin dari lamunannya

"Oh iya makasih kang, nanti tolong jemput saya jam 9 ya kang sepertinya hari ini saya akan lembur.."

"Baik neng" jawab kang Asep

Yasmiin pun masuk kedalam ruangannya dan segera saja setelah menaruh seluruh perkakasnya di istana kecil yang disekat-sekat itu Yasmin menuju Pantry membuat kopi susu yang selalu membuatnya tenang..
Jam berganti dan pekerjaan Yasmin hari itu adalah mengikuti Rapat Redaksi untuk cetak majalahnya bulan ini..
rapat yang selalu Yasmin tunggu, karena disini ia bertemu dan berdiskusi dengan senior-seniornya yang cerdas dan begitu ia kagumi terlebih lagi karena mereka semua adalah seorang perempuan..


Rapat selesai, jam 9 datang Yasmin sudah ditunggu kang Asep di depan..

Yasmin pulang dengan letih, wajahnya muram dan pandangannya ia liarkan jauh keluar kaca jendela, walaupun hanya hari yang sudah gelap, tapi Yasmin tak pernah bosan menatapnya, Yasmin begitu mencintai malam karena itu sepanjang perjalanan pulang matanya tak lepas dari kehidupan di luar kaca jendela kendaraannya.. lampu-lampu jalan yang begitu memukaunya, aroma malam yang baginya sangat menenangkan..

puas sudah menikmati malam Yasmin tiba dirumah, ia langsung menuju kamar tidurnya..

rasanya tanah kuburan ibu masih basah, Yasmin teringat ibu..
Yasmin mengeluarkan laptop dari tasnya dan malam itu sebelum tidur Yasmin menorehkan catatan tentang ibu...